Powered By Blogger

Sabtu, 24 Juli 2010

Penelitian Pengembangan Masyarakat di Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Survei pendahuluan) D. Anwar Musadad

Penelitian Pengembangan Masyarakat di Kepulauan Seribu
Propinsi DKI Jakarta (Survei pendahuluan)
D. Anwar Musadad
Abstrak. Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang secara
geografis posisinya terpencar-pencar dan banyak menerima tekanan sebagai akibat
aktivitas pembangunan sehingga terjadi pencemaran dan perubahan ekosistem
sehingga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Untuk itu telah dilakukan
penelitian pengembangan kesehatan masyarakat berbasis lingkungan. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi sumberdaya kesehatan, sosial budaya masyarakat,
habitat vektor penyakit, pencemaran logam berat, dan inventarisasi flora yang
berpotensi sebagai bahan baku obat dan insektisida. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara, pengamatan lingkungan, penangkapan vektor,
pengambilan jenis-jenis tanaman, pengambilan sampel air bersih, air laut dan hasil
laut. Hasil studi menunjukkan sumberdaya kesehatan yang ada terbatas. Masalah
kesehatan utama masyarakat adalah ISPA (19%) dan diare (16%). Tingkat
pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat tentang berbagai penyakit masih
kurang. Wilayah Pulau Pari merupakan pulau yang paling banyak ditemukan habitat
perkembangbiakan nyamuk Anopheles dan Pulau Panggang banyak ditemukan
habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes di mana sebagian besar (81,6%)
penduduk menampung air hujan menggunakan drum dan 39,2% positif jentik Aedes
aegypti. Telur cacing Ascaris lumbricoides ditemukan pada sampel tanah yang
diambil di luar rumah di Pulau Pari, dan Toxocora sp ditemukan pada tanah yang
diperiksa di semua pulau. Lalat dan kecoa ditemukan di semua pulau dengan jenis
terbanyak lalat Musca domestica dan kecoa Periplanetta americana. Spesies tikus
terbanyak yang tertangkap didalam rumah adalah R.tanezumi di Pulau Pari dan R.
norvegicus di Pulau Panggang. Dari 66 jenis tanaman yang teridentifikasi di
Kepulauan Seribu, sebanyak 53,0% diketahui berpotensi sebagai bahan baku obat
dan 21,2% sebagai bahan insektisida. Keadaan kesehatan lingkungan menunjukkan
kandungan logam berat tinggi meliputi Pb, Cd dan Hg baik pada air bersih, air laut
maupun hasil laut. Sebanyak 16,6% air bersih melebihi nilai ambang batas untuk
parameter Pb, 46,6% Cd dan 46,6% Hg, sedangkan sampel hasil laut masih di
bawah baku mutu. Dengan ditemukannya kadar logam berat yang telah melebihi
ambang batas dan habitat perkembangbiakan serta vektor malaria, DBD dan
filariasis menunjukkan bahwa di Kepulauan Seribu telah tercemar logam berat dan
berpotensi terjadinya penularan penyakit tular vektor.
Keywords: pencemataran logam berat, habitat, flora, perilaku, kepulauan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar